Bismillaah, mari kita lanjutkan lagi tulisan perjalanan ke Aceh-Medan yang sempat tertunda cukup lama karena error mulu ketika mau diupload :( setelah sempet vakum lama karena hopeless & frustrated ga nemu2 solusinya, akhirnya malem ini coba lagi meskipun awalnya masih sama masih error & dismiss tapi alhamdulillaah akhirnya nemu penyebab dan solusinya, ternyata karena banyak gambar jadi harus upload manual satu per satu ga bisa hanya copy & paste semua gambar seperti di postingan2 sebelumnya...
So, here we go... :)
------------------------------------------------------------------------------------
Oke akhirnya sekitar jam 8 pagi kita sampai di pelabuhan Ulee Lheue
tapi ternyata oh ternyata tiket
penyebrangan ke Sabang yang paling pagi yang jam 8.30 sudah sold out hikss L Kita lupa memperhitungkan long weekend effect
yang membuat peningkatan turis domestic yang ingin menikmati Sabang juga.. Apadaya
nasi sudah menjadi bubur, akhirnya kita beli tiket penyebrangan selanjutnya ke
Sabang yang baru ada lagi jam 2 siang dan itu juga menggunakan kapal Ferry atau
Roro (Roll-out Roll-in)
 |
Menuju
loket tiket di Pelabuhan Ulee Lheue |
 |
Rrruameee
para penumpang kapal cepat keberangkatan jam 8.30 pagi ke Sabang |
Ok terjadi perubahan itinerary karena pergeseran jadwal ke Sabang. Untuk
mengisi waktu hingga jam 2 siang kami memutuskan untuk mengunjungi Museum
Tsunami Aceh dan juga pantai Lampu’uk, yang semuanya kita kunjungi dengan
menggunakan Bentor juga hihi *hidup bentor* Tapi sayang sesampainya di Museum
Tsunami ternyata sedang tutup karena kebetulan hari itu adalah libur nasional
*tepok jidat karena ga nyadar* tapi untungnya Museum ini didesain dengan
beberapa ruang terbuka yang bebas dimasuki meski Museum sedang tutup, jadilah
kita masih bisa liat-liat dan poto-poto jadi tidak terlalu kecewa hihi *jempol
buat Pak Ridwan Kamil sebagai arsiteknya*
 |
Tampak
depan Museum Tsunami Aceh |
 |
Bagian
samping Museum Tsunami Aceh dan desainnya yang sangat artistic *jempol* |
 |
Ornamen
kreatif dengan bentuk seperti anyaman dan undak-undakan seperti “Amphitheatre” |
 |
Puing
kerangka sebuah Helikopter polisi pasca tsunami Aceh |
 |
Ruang
terbuka bagian dalam dengan bendera negara sahabat yang membantu pasca tsunami |
 |
Café
yang looks cozy banget di dalam Museum Tsunami Aceh
Okee, mari lanjutkan perjalanan ke Lampu’uk untuk melihat pantainya yang
katanya baguuuus bgts dan sebuah Masjid yang selamat dari dahsyatnya terjangan
tsunami Aceh 2014 yang fotonya di internet sering sekali membuat kita takjub J Perjalanan ke Lampu’uk sesungguhnya agak jauh,
memakan waktu tempuh sekitar 45 menit menggunakan Bentor sehingga waktu untuk
bolak-balik adalah 1,5 jam. Keputusan ke Lampu’uk sebenernya agak nekat juga
bahkan abang Bentor sempat kurang setuju mengingat mepetnya dengan jadwal ke
Sabang yang jam 2 siang tapi bismillaah, here we come Lampu’uk..
 |
Pemandangan
di jalan menuju Lampu’uk dengan sapi Aceh sebagai model :p |
 |
Iklan
duluuuu :D |
Alhamdulillaah sampai juga di Lampu’uk dan kita langsung menuju ke
pantainya. Jalanan masuk ke pantai melewati jalan agak kecil yang berlubang
cukup parah. Entahlah itu sebenarnya jalan masuk utama atau bukan tapi di
jalanan itu kita sempat berpapasan dengan beberapa bule naik motor dengan
membawa papan surfing hmmm…And this is it Pantai Lampu’uk, let the pictures
tell you about its beautiness :)
 |
Disambut
oleh beberapa pinus dan sebuah rumah penduduk pantai Lampu’uk :) |
 |
What
can you expect more from quiet & tranquil beach with soft white sand long
coastline and turquoise sea? :) |
|
|
 |
Maafkan
penampakan ini, pokus ke pantainya ajah :p |
 |
Speechless..no
other word than MasyaAllah :)
 |
Masjid
pinggir pantai Lampu’uk yang selamat dari Tsunami Aceh (pic: Google) |
 |
Tampak depan Masjid Rahmatullah Lampu’uk Aceh ketika
dikunjungi |
 |
Bagian
dalam Masjid setelah diperbaiki, dinding di sisi ke arah kiblat katanya hancur
ketika Tsunami |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar