Senin, 15 Februari 2016

Jejak Langkah: Sabang - Aceh - Medan (Part 2)


Bismillaah, mari kita lanjutkan lagi tulisan perjalanan ke Aceh-Medan yang sempat tertunda cukup lama karena error mulu ketika mau diupload :( setelah sempet vakum lama karena hopeless & frustrated ga nemu2 solusinya, akhirnya malem ini coba lagi meskipun awalnya masih sama masih error & dismiss tapi alhamdulillaah akhirnya nemu penyebab dan solusinya, ternyata karena banyak gambar jadi harus upload manual satu per satu ga bisa hanya copy & paste semua gambar seperti di postingan2 sebelumnya...
So, here we go... :)
 ------------------------------------------------------------------------------------


Oke akhirnya sekitar jam 8 pagi kita sampai di pelabuhan Ulee Lheue tapi  ternyata oh ternyata tiket penyebrangan ke Sabang yang paling pagi yang jam 8.30 sudah sold out hikss L Kita lupa memperhitungkan long weekend effect yang membuat peningkatan turis domestic yang ingin menikmati Sabang juga.. Apadaya nasi sudah menjadi bubur, akhirnya kita beli tiket penyebrangan selanjutnya ke Sabang yang baru ada lagi jam 2 siang dan itu juga menggunakan kapal Ferry atau Roro (Roll-out Roll-in)

 
Menuju loket tiket di Pelabuhan Ulee Lheue
 
Rrruameee para penumpang kapal cepat keberangkatan jam 8.30 pagi ke Sabang


Ok terjadi perubahan itinerary karena pergeseran jadwal ke Sabang. Untuk mengisi waktu hingga jam 2 siang kami memutuskan untuk mengunjungi Museum Tsunami Aceh dan juga pantai Lampu’uk, yang semuanya kita kunjungi dengan menggunakan Bentor juga hihi *hidup bentor* Tapi sayang sesampainya di Museum Tsunami ternyata sedang tutup karena kebetulan hari itu adalah libur nasional *tepok jidat karena ga nyadar* tapi untungnya Museum ini didesain dengan beberapa ruang terbuka yang bebas dimasuki meski Museum sedang tutup, jadilah kita masih bisa liat-liat dan poto-poto jadi tidak terlalu kecewa hihi *jempol buat Pak Ridwan Kamil sebagai arsiteknya*

Tampak depan Museum Tsunami Aceh

Bagian samping Museum Tsunami Aceh dan desainnya yang sangat artistic *jempol*

Ornamen kreatif dengan bentuk seperti anyaman dan undak-undakan seperti “Amphitheatre”
 
Puing kerangka sebuah Helikopter polisi pasca tsunami Aceh

Ruang terbuka bagian dalam dengan bendera negara sahabat yang membantu pasca tsunami
Café yang looks cozy banget di dalam Museum Tsunami Aceh


Okee, mari lanjutkan perjalanan ke Lampu’uk untuk melihat pantainya yang katanya baguuuus bgts dan sebuah Masjid yang selamat dari dahsyatnya terjangan tsunami Aceh 2014 yang fotonya di internet sering sekali membuat kita takjub J Perjalanan ke Lampu’uk sesungguhnya agak jauh, memakan waktu tempuh sekitar 45 menit menggunakan Bentor sehingga waktu untuk bolak-balik adalah 1,5 jam. Keputusan ke Lampu’uk sebenernya agak nekat juga bahkan abang Bentor sempat kurang setuju mengingat mepetnya dengan jadwal ke Sabang yang jam 2 siang tapi bismillaah, here we come Lampu’uk..

Pemandangan di jalan menuju Lampu’uk dengan sapi Aceh sebagai model :p
 
Iklan duluuuu :D

Alhamdulillaah sampai juga di Lampu’uk dan kita langsung menuju ke pantainya. Jalanan masuk ke pantai melewati jalan agak kecil yang berlubang cukup parah. Entahlah itu sebenarnya jalan masuk utama atau bukan tapi di jalanan itu kita sempat berpapasan dengan beberapa bule naik motor dengan membawa papan surfing hmmm…And this is it Pantai Lampu’uk, let the pictures tell you about its beautiness :)


Disambut oleh beberapa pinus dan sebuah rumah penduduk pantai Lampu’uk :)


What can you expect more from quiet & tranquil beach with soft white sand long coastline and turquoise sea? :)

 
Maafkan penampakan ini, pokus ke pantainya ajah :p
Speechless..no other word than MasyaAllah :)
Masjid pinggir pantai Lampu’uk yang selamat dari Tsunami Aceh (pic: Google)

Tampak depan Masjid Rahmatullah Lampu’uk Aceh ketika dikunjungi
Bagian dalam Masjid setelah diperbaiki, dinding di sisi ke arah kiblat katanya hancur ketika Tsunami








Tidak ada komentar: