Kamis, 28 Januari 2016

Jejak Langkah: Sabang – Aceh – Medan (Part 1)



(Pantai Lampu’uk – Masjid Rahmatullah Lampu’uk - Pantai Iboih – Tugu Nol Kilometer – Kota Sabang – Pulau Rubiah – Museum Tsunami – Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh - Brastagi – Air Terjun Sipiso-Piso)

Bismillaah,

Heihooo mari mencoba menulis lagii meskipun malesnyaaa ampun-ampunan. Dari sebelum nulis udah kebayang banyaknya yang mau dan perlu ditulis jadinya udah cape duluan hihi :p Tapi mengingat siapa tahu tulisan ini berguna bagi para backpacker, pelancong, turis atau apapun itulah namanya yang mungkin mau berkunjung ke salah satu atau salah dua dari tempat wisata berikut ini, maka marilah kita merangkai menuliskannya *halah*

Jadi pada kesempatan long weekend sekitar bulan April kemarin, entah kesambet apa tiba2 dapet ide untuk main ke ujung utara Sumatera. Awalnya sih mau nengok adik yang kebetulan tempat kerjanya sekarang nun jauh di Medan sana *horas bah!* eh tapi ternyata yang mau dikunjungin malah ngajak sekalian main ke Sabang karena dia belum sempat ke sana pas dia main ke Aceh sebelumnya *trus salah gw? :p* Baeklah demi adik tercinta jadilah kita janjian ketemu langsung di Aceh, gw dari jkt langsung terbang ke Aceh *dengan harga tiket yang ah sudahlah tidak usah kau kenang lagi dan drama macet parahhh sampe lari2 di bandara khawatir ditinggal pesawat yang tinggal 10 menit lagi take-off yang ceritanya bisa jadi satu tulisan sendiri hihi* sementara adik naik bus malam dari Medan langsung Aceh. Alhamdulillaah masih rezeki naik pesawat dan duduk pas sebelahan dengan orang Aceh aseli yang cerita kalau pekerjaannya membuat dia banyak mengunjungi pantai-pantai hampir di seluruh Indonesia dan Sabang adalah pantai yang memegang rekor dengan air paliiiiing jerniiiiih yang dia pernah lihat, disusul oleh pantai Bira di Sulawesi *ok, Bira noted as next destination hihi*

Long story short, sampe di Aceh malem sekitar jam 9, bandaranya meskipun internasional tapi karena malem jadi udah sepi, ke hotel eh guesthouse naik mobil Avanza yang disewakan oleh pihak losmen seharga 100 ribu rupiah untuk perjalanan hampir 1 jam, dan sewa kamar guesthouse juga dengan harga yang sama 100 ribu rupiah untuk tidur berjam-jam :p Guesthouse-nya ternyata berbentuk ruko di pinggir jalan besar yang kalo lewat tengah malem pintu besi di bagian depan di tutup *jadi keknya guesthouse nya ga buka 24 jam he..* Oya nama guesthouse-nya adalah Crystall Guesthouse yang ternyata berbentuk ruko di suatu pinggir jalan besar di Aceh (lupa nama daerahnya apa). Punten ga punya foto yg representative utk Guesthouse-nya, di kamar ini sebenernya ada 2 tempat tidurnya.
 

Kamar di Crystal Guesthouse Sabang

Keesokan paginya saya bertemu dengan adik saya dan temannya, mereka baru tiba dari perjalanan bus semalam Medan – Aceh. Setelah sarapan sebentar di ruko sebelah, kita siap berangkat menggunakan Becak Motor alias Bentor yang ternyata cukup lho membawa 3 orang penumpang beserta tas-tas backpacker plus abang Bentornya juga tentunya he..
 
Penampakan Bentor aka Becak Motor beserta para penumpang & abangnya hihi

Oke destinasi pertama adalah Pelabuhan Ulee Lheue untuk menyebrang ke Sabang. Di sepanjang perjalanan kita bebas melihat ke sana ke mari dari Bentor yang terbuka, di beberapa tempat masih tampak peninggalan tsunami dahsyat  yang menimpa Aceh tahun 2004 tapi pemandangan tidak melulu menyedihkan karena kita juga disuguhi pemandangan cantik alam pesisir Aceh dengan langit & lautnya yang biruuu


First spectacular view of Aceh, taken from Bentor in the road to Ulee Lheue


Oke akhirnya sekitar jam 8 pagi kita sampai di pelabuhan Ulee Lheue tapi  ternyata oh ternyata tiket penyebrangan ke Sabang yang paling pagi yang jam 8.30 sudah sold out hikss L Kita lupa memperhitungkan long weekend effect yang membuat peningkatan turis domestic yang ingin menikmati Sabang juga.. Apadaya nasi sudah menjadi bubur, akhirnya kita beli tiket penyebrangan selanjutnya ke Sabang yang baru ada lagi jam 2 siang dan itu juga menggunakan kapal Ferry atau Roro (Roll-out Roll-in) 00 pixelHeight"/>