(Pantai Lampu’uk – Masjid Rahmatullah Lampu’uk - Pantai Iboih – Tugu Nol
Kilometer – Kota Sabang – Pulau Rubiah – Museum Tsunami – Masjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh - Brastagi – Air Terjun Sipiso-Piso)
Bismillaah,
Heihooo mari mencoba menulis lagii meskipun malesnyaaa ampun-ampunan.
Dari sebelum nulis udah kebayang banyaknya yang mau dan perlu
ditulis jadinya udah cape duluan hihi :p Tapi mengingat siapa tahu tulisan ini
berguna bagi para backpacker, pelancong, turis atau apapun itulah namanya yang
mungkin mau berkunjung ke salah satu atau salah dua dari tempat wisata berikut
ini, maka marilah kita merangkai menuliskannya *halah*
Jadi pada kesempatan long weekend sekitar bulan April kemarin, entah
kesambet apa tiba2 dapet ide untuk main ke ujung utara Sumatera. Awalnya sih
mau nengok adik yang kebetulan tempat kerjanya sekarang nun jauh di Medan sana
*horas bah!* eh tapi ternyata yang mau dikunjungin malah ngajak sekalian main
ke Sabang karena dia belum sempat ke sana pas dia main ke Aceh sebelumnya *trus
salah gw? :p* Baeklah demi adik tercinta jadilah kita janjian ketemu
langsung di Aceh, gw dari jkt langsung terbang ke Aceh *dengan harga tiket yang
ah sudahlah tidak usah kau kenang lagi dan drama macet parahhh sampe lari2 di
bandara khawatir ditinggal pesawat yang tinggal 10 menit lagi take-off yang
ceritanya bisa jadi satu tulisan sendiri hihi* sementara adik naik bus malam
dari Medan langsung Aceh. Alhamdulillaah masih rezeki naik pesawat dan duduk
pas sebelahan dengan orang Aceh aseli yang cerita kalau pekerjaannya
membuat dia banyak mengunjungi pantai-pantai hampir di seluruh Indonesia dan
Sabang adalah pantai yang memegang rekor dengan air paliiiiing jerniiiiih yang
dia pernah lihat, disusul oleh pantai Bira di Sulawesi *ok, Bira noted as next
destination hihi*
Long story short, sampe di Aceh malem sekitar jam 9, bandaranya meskipun
internasional tapi karena malem jadi udah sepi, ke hotel eh guesthouse
naik mobil Avanza yang disewakan oleh pihak losmen seharga 100 ribu rupiah
untuk perjalanan hampir 1 jam, dan sewa kamar guesthouse juga dengan harga yang
sama 100 ribu rupiah untuk tidur berjam-jam :p Guesthouse-nya ternyata
berbentuk ruko di pinggir jalan besar yang kalo lewat tengah malem pintu besi
di bagian depan di tutup *jadi keknya guesthouse nya ga buka 24 jam he..* Oya
nama guesthouse-nya adalah Crystall Guesthouse yang ternyata berbentuk ruko di
suatu pinggir jalan besar di Aceh (lupa nama daerahnya apa). Punten ga punya
foto yg representative utk Guesthouse-nya, di kamar ini sebenernya ada 2 tempat
tidurnya.
Kamar di Crystal Guesthouse Sabang
Keesokan paginya saya bertemu dengan adik saya dan temannya, mereka baru
tiba dari perjalanan bus semalam Medan – Aceh. Setelah sarapan sebentar di ruko
sebelah, kita siap berangkat menggunakan Becak Motor alias Bentor yang ternyata
cukup lho membawa 3 orang penumpang beserta tas-tas backpacker plus abang
Bentornya juga tentunya he..
Penampakan Bentor aka Becak Motor beserta para
penumpang & abangnya hihi
Oke destinasi pertama adalah Pelabuhan Ulee Lheue untuk menyebrang ke
Sabang. Di sepanjang perjalanan kita bebas melihat ke sana ke mari dari Bentor
yang terbuka, di beberapa tempat masih tampak peninggalan tsunami dahsyat yang menimpa Aceh tahun 2004 tapi pemandangan
tidak melulu menyedihkan karena kita juga disuguhi pemandangan cantik alam
pesisir Aceh dengan langit & lautnya yang biruuu
First spectacular view of Aceh, taken from Bentor in the road to Ulee Lheue
Oke
akhirnya sekitar jam 8 pagi kita sampai di pelabuhan Ulee Lheue tapi ternyata oh ternyata tiket penyebrangan ke
Sabang yang paling pagi yang jam 8.30 sudah sold out hikss L Kita lupa memperhitungkan long weekend effect
yang membuat peningkatan turis domestic yang ingin menikmati Sabang juga.. Apadaya
nasi sudah menjadi bubur, akhirnya kita beli tiket penyebrangan selanjutnya ke
Sabang yang baru ada lagi jam 2 siang dan itu juga menggunakan kapal Ferry atau
Roro (Roll-out Roll-in)
00 pixelHeight"/>